PEMIMPIN DAN PELINDUNG CINTA

RAHASIA MENGHARGAI CINTA
HIKAYAT DASAR PERILAKU MENCINTAI
HAL PENTING DALAM MEMBINA CINTA

Rahasia Cinta kali ini ingin memberi suatu penekanan pada suatu isue yang penting, tetapi sering kali disalahtafsirkan oleh banyak orang, dan menyebabkan cinta yang dibina sering kandas di tengah jalan. Isue ini seperti dibahas dalam topik "Rahasia Cinta : Jenis-Jenis Cinta" adalah kunci utama dari rahasia seorang pria untuk bisa mulai mendekati wanita (silahkan baca topik tersebut), yaitu bahwa seorang wanita baru akan membuka hatinya terhadap seorang pria, hanyalah bila ia telah yakin bahwa pria tersebut dapat memberi rasa aman pada dirinya, sebagai pemimpin dan pelindung yang bisa diandalkan.

Dalam proses membina hubungan cinta, kadangkala setelah masa pendekatan berhasil membuahkan pacaran, maka proses pertumbuhan kematangan cinta tidak segera menuju ke arah ciri-ciri cinta agape (cinta sejati) , dimana keduanya akan saling bertambah mengahargai satu sama lain, saling menghormati, saling rela berkorban untuk pasangannya, sehingga mulai terjadi percekcokan di antara kedua insan yang sedang bercinta ini. Mengapa hal ini dapat terjadi? Karena yang menonjol masih cinta eros (cinta birahi) dari keduanya, dan cinta birahi ini tidak segera bertranformasi menuju suatu kematangan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Pastilah banyak sebabnya, yang akan diulas dalam topik lain. Tetapi sebab terdominan adalah karena salah menafsirkan prinsip tentang siapa yang seharusnya memimpin dalam rumah tangga.


Resmi menjadi pacar barulah langkah awal dari proses menuju sebuah kematangan cinta.


Memang agama dan masyarakat mengisyaratkan bahwa pria-lah yang akan menjadi pemimpin dari wanita, namun tidak boleh dipisahkan dari hal itu, bahwa pria juga harus menjadi pelindung dari wanita. Melindungi di sini berarti menyeluruh secara fisik maupun perasaan. Melindungi perasaan wanita, berarti bahwa pria harus juga memperhatikan kepentingan dari sisi si wanita. Bahkan melindungi berarti ia harus mengalah dalam hal-hal tertentu.

Sebagai contoh, bila sepasang pria dan wanita pergi bersama, dan akan masuk ke dalam sebuah gedung, adalah suatu yang gentle bila si pria mau membukakan pintu bagi gadis pujaannya, dan mendahulukan si gadis untuk masuk ke dalam gedung. Karena hal ini telah menjadi norma yang berlaku secara internasional, maka timbullah istilah "Ladies first".

Membukakan pintu bagi seorang gadis dan mendahulukannya masuk suatu gedung adalah implementasi dari sikap pemimpin dan pelindung dari seorang pria. Sikapnya yang seperti mengalah tidak akan memberikan kesan bahwa si pria sedang menghamba pada si gadis, tetapi justru menimbulkan pujian baginya sebagai seorang yang "gentleman". Di samping itu, sikap yang mengalah kepada sang gadis tidak melunturkan perannya sebagai pemimpin dari sang wanita, tetapi justru memberikan suatu nilai tambah padanya.

Tapi, bukankah pemimpin itu harus selalu dilayani, didahulukan, dan sebagai orang yang paling berhak memberikan perintah? Ya, itu berlaku umum di dunia, namun tidak dalam hal cinta. Seorang pria yang hanya ingin memerintah, mendahulukan kepentingannya sendiri dan memperlakukan wanita sebagai budak justru pasti ditinggalkan oleh semua wanita, dan akan dianggap sebagai pria banci yang tidak becus melakukan apa-apa.



Pria yang gentleman ini membukakan pintu bagi sang pujaan hati


Tetapi pandangan orang kepada pria yang terlihat sopan terhadap pasangan wanitanya, yang selalu terlihat mendahulukan wanita, suka membukakan pintu bagi pujaan hatinya, membukakan pintu mobil dan menarik kursi bila istrinya ingin duduk di restoran, Ia akan terlihat sebagai pria yang gagah dan gentleman. Sikapnya yang gentle itu akan menjadikan ia sebagai pria dambaan banyak wanita.

Tapi tentunya ada hal-hal lain dimana pria harus lebih menonjol sebagai pemimpin dari wanita. Contohnya ia harus bisa mengambil keputusan penting yang melindungi pujaan hatinya, ia harus bearada di barisan terdepan saat menghadapi bahaya, a harus menjadi teladan dalam beragama. Dan saat telah berumah tangga, pria itu mutlak menjadi pemimpin dari biduk rumah tangga, yang harus mengawal rumah tangga menuju arah yang benar, yang damai, sejahtera, dan sentosa. Ia adalah orang yang paling harus bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala masalah di dalam rumah tangga. Baik atau buruknya suatu rumah tangga, menjadi taruhan dari namanya.

Sekali lagi harus diingat, bahwa sebagai pemimpin, pria harus menjadi pemimpin yang melindungi wanita yang menjadi tanggung jawabnya. Ia tidak bisa otoriter dan memaksakan kehendaknya begitu saja, karena perannya sebagai pemimpin dan pelindung adalah suatu kesatuan yang mutlak. Maka jadilah seorang pria yang "gentleman", dan bukannya seorang banci yang bisanya hanya menyuruh dan menyakiti wanita. Sebab bukankah wanita memang diciptakan lemah, dan harus dilindungi oleh pria. Maka bila seorang pria "gentleman" bertarung, ia tidak bertarung dengan wanita yang seharusnya dilindunginya, tetapi haruslah dengan pria lain yang sama perkasanya dengan dirinya.

CINTA YANG DEWASA

No comments:

Post a Comment